Dilansirdari Media Indonesia, sejak SMA Ricky telah berdagang keripik secara berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya, mengalami jatuh bangun dalam berusaha. Tak malu dia membagikan kisah jatuh bangun usahanya di akun Instagramnya kepada para followers nya yang berjumlah lebih dari 125 ribu akun. Berkat kemampuannya memotivasi orang, dia mengaku sering diundang menjadi pembicara pada berbagai acara kemahasiswaan dan calon pengusaha. Samahalnya dengan kecanduan obat terlarang, kecanduan seks juga susah disembuhkan. Seorang perempuan di Miami, Amerika Serikat berharap pernikahan bisa menyembuhkannya, namun ternyata gagal. Berikut ini sekilas tentang kisah hidupnya. Jenifer, bukan nama sebenarnya, telah bertahun-tahun mengalami kecanduan seks. BahrumBahar (55) salah seorang jemaah calon haji asal Padang Pariaman Sumatera Barat yang berangkat ke tanah suci KisahPedagang Sembako yang Menolak Dagangan Diborong dalam Sehari karena Panic Buying. Jumat, 6 Maret 2020 07:26 WIB. Mereka menyarankan agar saya masturbasi saja dan jangan berhubungan seks dengan para pria. Mereka benar-benar tidak memahami masalahnya, dan sekarang saya tahu bahwa seorang terapis tidak seharusnya berkata demikian," ungkap Jenifer seperti dikutip dari Health, Selasa (23/8/2011). Y1JB. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ibu saya seorang pedagang, saat itu jualan di pasar kampung. Ibu lulusan Sekolah Dasar tak punya keahlian, berjualan menjadi pilihan profesi. Dagangan sembako dijajakan di kios kecil, bersebelahan dengan kios bulek saya adik ibu.Sejak kelas empat Sekolah Dasar, saya kerap membantu di pasar terutama saat hari libur. Tugas saya membungkus gula, dijual dalam plastik ukuran sekilo dan setengahnya. Selain itu mendapat tugas, mengisi botol pembeli minyak goreng curah. Bukan pekerjaan terlalu berat, tapi membuat capek dan secara tak sadar membentuk jiwa berdagang biasanya mendadak ramai, ketika hari raya lebaran hendak tiba. Dagangan ibu biasanya berlimpah ruah, bertambah kue dan sirup khas lebaran. Jam buka kios juga sedikit lebih panjang, banyak perantau mulai mudik turut berbelanja juga. Setelah kakak tertua menikah, istrinya membuat toko di kebun sebelah rumah. Ketika sekolah masuk siang, pagi hari kerap saya habiskan waktu belajar sembari menjaga toko. Tangan ini makin gesit, menakar, menimbang dan melayani beberapa pembeli sekaligus. Hapalan harga seperti di luar kepala, mulai dari gula, kopi mentah, minyak goreng, tembakau, buku tulis, penggaris, penghapus, permen karet, merica, mi instan, rokok bungkus atau eceran, materai, sampai peniti, jarum, benang dan barang lain yang dijual di toko. Pun di mana letak menyimpan setiap barang, benar-benar saya ketahui posisi serta stok yang masih ada. Pendek kata, apa yang ada di toko saya tahu harga, letak dan berdagang saya terbentuk, seingat saya waktu kelas empat. Karena ingin punya uang sendiri, saya berpikir keras mencari jalan keluar. Akhirnya terbetik ide, membeli permen gula dikreasikan sedikit kemudian dijual kembali. Trik agar menarik pembeli notabene teman sendiri, yaitu memberi hadiah bagi pembeli yang permen saya buka, diselipkan kertas di dalamnya kemudian dibungkus kembali. Permen dengan bungkus tembus pandang, akan terlihat lipatan kertas di dalamnya. Bagi pembeli yang beruntung, mendapat hadiah sesuai tulisan di kertas. Saya kalkulasi sendiri kala itu, untuk sekitar dua puluh bungkus permen menyediakan 5 hadiah. Hadiahnya juga seadanya namun menarik minat, bisa tutup gelas dari plastik, sendok bebek bahan plastik, balon karet, biskuit. Kadang agar tak bosan saya ganti hadiah, mug plastik, mobil-mobilan kecil atau mainan bisa saya beli sendiri, atau lebih sering minta ijin ibu mengambil dari tempat jualannya. Saat ibu belanja dagangan, misalnya kopi instan lima pax mendapat bonus cangkir atau gelas. Atau membeli sabun colek sepuluh renteng, dapat bonus sendok dan cawan. Nah hadiah-hadiah ini saya kumpulkan, untuk kepentingan saya berdagang laku permen berhadiah kreasi saya, dijajakan di teras rumah sepulang sekolah. Kebetulan rumah berhadapan dengan jalan raya, sering dilewati teman usia sebaya. Setiap keuntungan saya titipkan ibu, setelah terkumpul bisa membeli barang keperluan sekolah. Kios Ibu di pasar kampung halaman foto tahun 2007- dokumentasi pribadi Dari kisah masa kecil, ternyata bersambung hingga berdagang kembali saya lakukan, setelah merantau kemudian kerja sambil kuliah pada malam hari. Membawa dagangan baju, mukena ke kantor dan kampus, ditawarkan ke teman-teman kerja dan kuliah. Pun membeli mi instan dari kenalan yang kerja di pabrik mi, dijual lagi dengan harga sedikit lebih murah dari harga cukup lumayan, bisa mengatasi kebutuhan sehari-hari. Selain gaji bulanan dari kantor, saya bisa menabung uang laba jualan. Beruntung saya tak menemui pelanggan aneh-aneh, biasanya "nakal" berhutang langsung kabur. Untuk mengantisipasi kejadian tak mengenakkan, saya memberlakukan jual beli secara cash. Apalagi barang yang saya tawaran, kisaran harga di bawah lima puluh ribu menikah, berkolaborasi dengan istri membuka usaha kecil-kecilan di rumah. Jatuh bangun dan bahu membahu kami lewati bersama, meski skala usaha kami masih tetap kecil tapi setidaknya bertahan sampai saat tunggu dulu, selama sepuluh tahun lebih jualan kami berganti-ganti ya! Usaha Kerudung di RUmah Kontrakkan dokpri Kerudung Akhir 2005Usaha pertama kami adalah jualan kerudung, istri yang lebih dominan berperan mengingat saya masih ngantor. Tapi kerjasama suami istri terasa nyata dilakukan, saya ikut ke Tanah Abang belanja dagangan. Biasanya saya mampir ke kantor untuk absen, sambil berangkat janjian dengan client belok belanja dagangan dulu. Kemudian istri pulang dengan kereta, saya melanjutkan pekerjaan kami tak belanja sabtu saja, agar tak harus berdempetan dengan jam kantor? Demi mendapat harga miring, kami punya langganan Pasar Tasik di Pasar Tanah Abang. Pasar ini hanya berlaku setiap hari senin dan kamis, itupun letaknya dilantai pasar didominasi tumpukan barang, sebagian besar pedagang tanpa kios permanen. Mungkin karena fasilitas seadanya, sewanya murah dan bisa menjual dengan harga miring. Dari perajin langsung, akhirnya kami mendapat harga persaudaraan. Agar sangat bisa menekan harga, kerudung polos adalah sasaran belanja mempekerjakan ibu-ibu di kampung, untuk memasang manik-manik/ mute sesuai pola yang disiapkan istri. Setiap akhir pekan dua minggu sekali, dengan roda dua saya berangkat ke daerah Citayam- Bogor mengantar kerudung dan manik-manik. Ibu-ibu di sana memasang aksesoris, biasanya setelah masak jadi tak mengganggu kerjaan utama di rumah. Saat mengantar kerudung yang baru, pulang membawa kerudung yang sudah dipasang tambahan manik-manik/ mute di kerudung inilah, membuat harga jual kerudung bisa naik. Pembeli sering terpesona, melihat hiasan cantik menempel di kerudung tamu di rumah kontrakan kami sulap, hanger bersusun untuk memajang jualan. Dua manekin berbentuk kepala juga ada, sebagai alat promosi kerudung model terbaru. Selain kerudung, mukena, kaos tangan/ handset, kupluk dan aksesoris lain menjadi barang dagangan juga pelanggan berdatangan, setelah membaca spanduk yang dipasang di teras mungil. Istri juga melayani pesan antar kerudung, khususnya untuk pembeli yang satu komplek perumahan saja. Sepeda gowes menjadi transportasi andalan, kerudung diletakkan di keranjang bagian depan. Anak pertama masih belum genap setahun, duduk di kursi kecil yang digantung pada stang sepeda. Acara bazzar di RT, dalam rangka 17 Agustus dokumentasi pribadi Untuk mempercepat perputaran barang, acara bazar di beberapa tempat juga diikuti. Suka duka kami rasakan, ketika harga sewa stand mahal tapi sepi pengunjung. Belum lagi di siang hari si kecil ngantuk, terpaksa tidur di bawah meja stand bazar.Mengingatnya membuat haru, kami masih merangkak belum punya apa-apa *hiksPergantian mode kerudung terbilang sangat cepat, baik dari model, padu padan warna atau tambahan aksesoris yang melekat. Kerap dagangan lama belum habis, model yang baru sudah keluar lagi. Sedang pasang manik-manik juga mengalami masalah baru, tukang minta dinaikan upah padahal barang belum besar bagi kami yang modal usahanya kecil, kerap tak bisa memenuhi selera pelanggan yang cepat berubah. Akibatnya stok barang menumpuk, kami kalah bersaing dengan cepat habis, kerudung yang ada kami discount sampai separuh harga. Karena sebagian besar model lama, pembeli juga tak banyak yang merespon. Kerudung yang tersisa kami bagi saat hari raya, untuk keluarga dekat dan kenalan baik. Maka berakhir sudah jualan kerudung, setelah kurang lebih hampir tiga tahun Cream Pertengahan 2008Kegagalan usaha kerudung tak menghentikan langkah, kami bangkit lagi mencoba usaha sebuah pameran franchise di daerah Senayan, terdapat perusahaan Ice Cream memberi peluang. Ice Cream yang ditawarkan cukup inovatif, memakai bahan herbal dan rasa yang berbeda dari yang sudah ada di pasaran. Ice cream rasa Jahe, Jeruk Kalamaci, Tiramishu, Cincau, rasa ini sepengetahuan saya masih belum ada. Sementara yang sudah umum kerap ditemui juga ada, seperti rasa Coklat dan Strawberry. Ice Cream Rasa Tiramisu dokumentasi pribadi Saya tak terlalu pikir panjang, langsung saja mengambil salah satu paket franchise dan membayar sejumlah harga. Tak sampai seminggu dari akad, mobil box merapat ke dekat pagar rumah. Bahan dan alat dari franchiser dikirim, menandakan kami siap berjualan ice diturunkan di teras, berisi aneka sirup, bahan ice cream dan alat memasak dijajar rapi. Terakhir yang cukup berat adalah freezer dan mesin pembuat ice cream, khusus mesin bisa menampung sampai 5 liter ice cream dalam keadaan ice cream lumayan memiliki tantangan, terutama dituntut tekun saat mengaduk adonan. Kalau salah dalam proses, bisa-bisa hasilnya tak bagus dan teksturnya cenderung kasar. Untuk memasak juga butuh waktu khusus, tak bisa ditinggal-tinggal begitu masih terikat sebagai karyawan kantor, tentu tak bisa setiap hari membuat ice cream. Hanya membuat kalau ada pesanan, itupun biasanya saya tampung dulu beberapa pemesan. Yang repot kalau pemesan beda rasa, otomatis harus membuat beberapa resep yang berbeda. Padahal setiap resep bisa untuk lima liter, kalau pesan hanya satu liter masih ada sisa empat liter disimpan di awal membuka usaha, saya membawa tester ice cream ke kantor. Beberapa kegiatan di lingkungan RT, tak segan kami turut menyumbang ice cream. Sebagai perkenalan dan percobaan, tetangga kanan kiri kami kirimi seperempat liter. O'ya selain menjual literan, melayani eceran harga dua ribu untuk pemasaran saya kerahkan, membuat brosur sederhana dan disebar setiap rumah di komplek perumahan. Tak hanya di perumahan sendiri, komplek perumahan lain kami sebar juga. Kalau weekend saya pergi ke parkiran pusat perbelanjaan, menyelipkan brosur di motor dan mobil pengunjung. Pernah sampai fotocopy ratusan lembar brosur, disebarkan ke banyak orang. Dengan asumsi dari seratus orang membaca, berharap 10 persen saja membeli. Teman kantor dan kenalan mulai membeli, saya antusias memasak di malam hari. Biasanya istri membantu, terutama pada saat pengepakan di toples. Yang cukup diminati untuk dibeli saat itu, adalah rasa Jahe dan Jeruk dua rasa ini relatif jarang, termasuk anti mainstream untuk rasa ice sekitar enam bulan pertama, penjualan mulai agak seret. Saya mengamati trend yang terjadi, kebanyakan teman atau kenalan hanya sekali esoknya tak memesan lagi. Tetangga juga tak begitu tertarik, setelah merasakan Ice cream tak berminat membeli. Ice Cream Rasa Strawberry dokumentasi pribadi Kondisi yang terjadi sebagai bahan introspeksi, kami perhatikan pada teksturnya memang kurang maksimal. Lewat browsing di internet, saya bertemu dengan pembuat ice cream di daerah Tangsel. Akhirnya membuat janji ketemu, sekaligus saya ingin mencari jawaban atas ice cream gagal jadi buatan waktu yang disepakati, akhirnya saya mengunjungi tempat usaha sebut saja Pak Rudi"Sepertinya mesin yang bapak pakai standarnya rendah" jelasnyaKalimat itu saya dengar, sesaat setelah saya menunjukkan foto mesin pembuat ice cream di rumah. Pada saat yang sama pula saya melihat, mesin satu setengah kali lebih besar tak jauh dari tempat kami penjelasan yang cukup meyakinkan, menggambarkan orang ini paham tentang mesin. Bahan- bahan membuat ice cream juga sangat dikuasai, sehingga bisa menakar komposisi yang ideal. Namun ada yang membuat sedikit heran, saya tak melihat alat memasak ice cream seperti punya saya di rumah."Saran saya, bapak membeli bahan baku yang setengah jadi saja Pak. karena kalau untuk pemula, perlu jam terbang untuk membuat adonan ice cream. Apalagi bapak masih ngantor, kalau masak malam hari pasti sudah capek. Sembari memakai dari bahan setengah jadi, bapak belajar membuat ice cream dari awal". jelas Pak Rudinote ; bahan setengah jadi maksudnya; Membeli adonan ice cream murni, tinggal diberi syrup sesuai rasa yang diinginkanSaran Pak Rudi saya aminkan, dia menawarkan jasa baik kalau membeli bahan setengah jadi bisa nitip. Pak Rudi langganan ke produsen ice cream ternama, membeli langsung ke pabrik. Saya memang melihat adonan ice cream dibungkus plastik, setiap adonan terdapat sekitar lima liter. Ketika saya raba teksturnya sangat lembut, beda sekali dengan yang pernah dibuat di bertekad menghabiskan dulu bahan yang tersisa, baru akan membeli bahan ice cream setengah jadi. Sementara penjualan semakin seret, akibatnya modal usaha juga semakin menipis. Bahan bahan dikejar batas kadaluwarsa, beberapa sirup utamanya rasa jahe mulai keluar saya bagi-bagikan ke tetangga dan kenalan, dari pada akhirnya dibuang sia-sia. Pun dengan bahan ice cream lainnya, seperti gula saya hibahkan pada penjual es kelapa muda. Setelah semua bahan habis, hanya peralatan yang capek menggelayuti benak, tak ingin melanjutkan usaha ice cream. Satu tahun lebih usaha ice cream kami jalani, menjadi catatan dalam perjalanan keluarga kecil tak kenal kata putus asa, tetap ingin mencoba usaha lagiAkhir 2009Sejak ice cream tutup saat itu saya fokus ngantor, istri memilih jualan online membantu teman kuliahnya. Mulai dari menawarkan cream pembersih wajah, pembalut herbal dan alat penghalus kulit. Saya tak terlalu ikut campur, hanya sering melihat paket barang di meja tamu dibungkus plastik bertulis jasa logistik terkenal. Saya sempat tergoda juga, ketika kenalan menjadi agen kacang oven. Saya memesan kacang saat ada pameran, namun hanya sekali belanja ternyata tidak terlalu laku sekarang usaha online shop istri masih jalan, dengan cara mengambil barang ketika ada yang pesan. Menurut hemat saya cara ini sangat praktis, tak membutuhkan modal Beku Awal 2012 - SekarangBeberapa peralatan usaha ice cream saya hibahkan, termasuk mesin pembuat ice cream. Menyisakan freezer ukuran sedang, saya pikir masih bisa dimanfaatkan lagi untuk beku seperti sosis, burger, nugget, otak-otak menjadi pilihan usaha kami. Agar tak memproduksi sendiri, kami menjadi agen sebuah produk yang bebas MSG dan Pengawet ga boleh sebut merk yak- hehehe. Frozzen Food, pilihan usaha kami selanjutnya dokumentasi pribadi Saya mendatangi kantor frozen food, untuk mendaftar menjadi agen. Setelah mengisi formulir dan kelengkapan, tak sampai seminggu dibalas dengan surat persetujuan. Karena hanya menjual saja, kami tak dibuat pusing dengan produksi. Saya punya banyak waktu berkegiatan, termasuk ambil freelance di beberapa kantor iklan dan ngeblog tentunya-hehe.Strategi promosi yang sama dengan usaha kerudung dan ice cream, diaplikasikan untuk usaha makanan beku. Kami cetak spanduk di pasang diteras, kemudian menyebar brosur di rumah sekitar bahkan sampai perumahan lain. Hasilnya lumayan terlihat, sehari dua hari setelah sebar brosur ada pesanan itu istri sering membawa barang, kalau sedang antar jemput anak di sekolahan. Belum lagi kalau arisan RT atau wali murid, tak lupa menenteng termos berisi sosis. Kami bisa mendapat laba, dari discount harga agen dan sedikit kenaikan harga. Jualan sosis waktu ngabuburit dokumentasi pribadi Meski gerimis tetap jualan untuk ngabuburit< dagangan ditaruh di bagasi dokumentasi pribadi Kalau bulan Ramadhan tiba, kami manfaatkan waktu ngabuburit di sore hari. Menggelar dagangan dengan meja mungil atau bagasi mobil, berbaur dengan pedagang lain dan lalu lalang orang menjelang waktu berbuka. Kalau ada bazar di RT, kami juga manfaatkan untuk ini kami punya pelanggan tetap sebuah toko roti dan cafe, membeli cukup banyak untuk dijual lagi. Untuk pembelian dijual lagi, tentu kami beri harga khusus dan tambahan bonus. Hal ini sebagai cara, agar mereka tak kapok dan awet belanja pada kami. Beberapa kenalan dari luar kota memesan sosis, kami kirim via ekspedisi kereta agar lebih ekonomis. Melayani pengiriman untuk daerah Surabaya Mas Agung Pras, Mbak Avy ayo ndang pesen eh Tanpa terasa sudah empat tahun lebih berjalan usaha makanan beku, meski tak terlalu besar setidaknya usaha kami tetap ada. Kerepotan proses produksi seperti ice cream tak lagi kami alami, karena produksi dihandle pihak nasehat pak Rudi, saya hanya fokus dipenjualan saja hal ini menimbang modal juga. 00-00Dalam Sebuah AsaPerjalanan kami menggerakkan usaha mungkin belum panjang, namun jatuh bangkit sudahlah dirasa. Langkah ke depan masihlah jauh, tentu tak berharap hanya berhenti sampai di titik suatu saat memiliki kedai kecil, selain menjual sosis bungkusan juga sosis siap santap. Anak-anak semakin besar, saatnya kami lebih giat berusaha demi pendidikan mereka kelak. Semoga saja upaya kemandirian yang kami bangun, bisa menginspirasi utamanya untuk anak-anak kami kelak saat mereka Bob Sadino pernah mengungkapkan dalam sebuah acara, indikasi negara maju adalah 2 - 5 % penduduknya mandiri. Usaha yang kami rintis, adalah upaya kecil kami untuk mandiri. salam 1 2 3 4 5 6 7 Lihat Humaniora Selengkapnya BATAM, - Kebakaran yang terjadi di wilayah Kelurahan Batu Merah, tempat penjualan seken jalan menuju Tanjung Sengkuang RT. 28 Batu Merah, Jumat 31/1/2020 malam, akhirnya berhasil dipadamkan oleh tim gabungan petugas. Sedikitnya dalam kejadian itu, ada 6 kios yang menjual barang-barang seken TV, kasur, sepeda beserta isinya ludes terbakar. Belum diketahui secara persis apa penyebab kebakaran tersebut. Namun berdasarkan pengakuan pedagang pasar seken Tanjung Sengkuang, api diduga berasal dari kabel listrik. "Tadi tiba-tiba ada terdengar ledakan kecil dari sudut sana dan asap mulai mengepul keluar," ujar warga sembari menunjuk tiang listrik di pojokan bangunan kios yang terbakar. Ketua Pedagang Seken Pedas Tanjung Sengkuang, Moding Lewang mengatakan, kejadian itu sekitar pukul Wib. "Saya tadi pas lagi mau makan eh, tiba tiba asap mulai mengepul, warga berteriak ada kebakaran, kebakaran, dan kami para pedagang di sini pun panik," ujarnya. • Polisi Selidiki Penyebab Kebakaran di Pasar Seken Sengkuang Batam, Tak Ada Korban Jiwa • Detik-Detik Pasar Seken Sengkuang Batam Terbakar, Warga Dengar Suara Ledakan, Api Cepat Membesar "Kita bersama pedagang seken lainnya pun berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya, dan langsung menelepon mobil pemadam kebakaran, katanya. Moding mengatakan, kebakaran itu menghanguskan kios milik 6 orang rekannya diantaranya Dullah, Muhammad, Yadi, Salasa dan Rasu serta Mala. "Semua barang-barang yang terbakar baru masuk kemarin, namun sudah habis terbakar langsung," ujarnya. Pantauan Tribun, kobaran api sudah berhasil dipadamkan. Sedikitnya ada 6 mobil pemadam kebakaran yang diterjunkan dan 2 Watercanon Polda Kepri serta 3 watercanon Polresta Barelang di lokasi kebakaran untuk memadamkan api. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Polisi Sebut 6 Kios Terbakar, Tak Ada Korban Jiwa Kebakaran yang terjadi di Pasar Seken Sengkuang Batam melahap enam kios barang bekas, Jumat 31/1/2020 malam. Jakarta - Kisah sukses yang menginspirasi banyak datang dari berbagai kalangan. Salah satunya dari pedagang bakso sukses yang berpenghasilan jutaan rupiah. Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Kalimat itulah yang tepat untuk menggambarkan kisah para pedagang bakso yang sukses ini. Berawal dari usaha kecil-kecilan, kini mereka berhasil mengembangkan usahanya hingga menjadi besar. Jatuh bangun ketika berjualan bakso tentu dialami. Namun, yang terpenting adalah rasa pantang menyerah dan kemauan untuk menjadi sukses. Itulah yang tertanam dibenak mereka hingga mengantarkan ke gerbang kesuksesan. Kini, pedagang bakso sukses itu berhasil mendirikan tempat makan dengan banyak cabang. Bahkan ada yang berada di luar negeri. Berikut 5 kisahnya. - 1. Bakso Kuto Cak To Seorang pria yang akrab dipanggil Cak To mendapat sebutan juragan bakso setelah menjadi sukses dari hasil jualan baksonya. Cak To menceritakan bahwa dibalik kesuksesan menjadi pedagang bakso ia melewati jatuh bangun. Ia sempat berjualan kaos, tempe penyet hingga kedai kopi, tetapi keberhasilan belum berpihak kepadanya. Setelah ia menikah, kemudian ia terpikirkan untuk membuka usaha bakso bersama istrinya. Bakso yang ditawarkan oleh Cak To merupakan perpaduan antara bakso Malang dan Bakso Solo, oleh karena itu baksonya berbeda dengan bakso yang lain. Semakin hari, usahanya tersebut kian berkembang hingga ia berhasil mendirikan kedai bakso. Kedai bakso itu diberi nama Bakso Kuto Cak To yang memiliki beberapa cabang. Ia mengaku dalam sebulan ia mendapat omzet hingga Rp. 280 juta. Pedagang bakso sukses tersebut mengatakan pantang menyerah ada kunci kesuksesan. - 2. Bakso Jumbo Pendawa Lima Kisah pedagang bakso sukses ini datang dari seorang wanita paruh baya asal Lamongan. Ia adalah Jumiati dari keluarga yang tidak mampu. Oleh karena itu ia sering mendapat bantuan dari pemerintah berupa uang. Kemudian, Jumiati terpikirkan untuk membuka kecil-kecilan dengan berjualan bakso. Ia menabung uang bantuan pemerintah tersebut untuk dijadikan modal. Ia akhirnya berhasil membuat warung bakso pada tahun 2011. Namun, usahanya tidak langsung mulus begitu saja. Bakso dagangan Jumiati kerap tersisa setiap hari karena tidak ada yang beli. Meskipun begitu, Jumiati tidak putus asa, ia terus berjualan hingga pada 2013, usahanya mulai berkembang dan diberi nama Bakso Jumbo Pendawa Lima Bakso dagangannya mulai banyak yang membeli. Dari hasil dagang bakso tersebut Jumiati mendapat banyak penghasilan. Bahkan kini ia bisa memperkerjakan 3 karyawan di warung baksonya. Ia juga telah mengajukan gradasi untuk tidak lagi menerima bantuan. - 3. Bakso Bejo Bukan di Indonesia, pedagang bakso sukses ini menjajakan bakso dagangannya di Korea Selatan. Orang Indonesia yang berhasil menjadi juragan bakso di Korea ada Subandi. Ia menceritakan bahwa awalnya ia hanya sebagai TKI. Kemudian ia terpikirkan untuk berjualan bakso dengan nama Bakso Bejo yang berada di Pocheon, Korea Selatan. Bahkan tempat makan baksonya tersebut selalu ramai oleh pengunjung. Bukan hanya orang Indonesia yang tinggal di sana saja, tetapi banyak orang Korea yang juga tertarik untuk mencicipi bakso tersebut. Subandi juga melayani pengiriman bakso untuk restoran lainnya di Korea. Dalam sehari, ia bisa menghabiskan satu ekor sapi untuk dibuat adonan bakso. Subandi mengaku bahwa dalam sebulan ia bisa mendapat keuntungan sebanyak ratusan juta rupiah. - 4. Bakso Kota Cak Man Penggemar bakso pasti kamu pernah mendengar tempat makan bakso yang dikenal degan sebutan Bakso Kota Cak Man. Gerai bakso tersebut merupakan usaha yang dirintis oleh Abdul Rahman Tukiman asal Trenggalek, Jawa Timur. Kisah dirinya sebagai pedagang bakso sukses ini banyak menarik perhatian dan menginspirasi banyak orang. Awalnya pria tersebut berniat untuk merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Kemudian ia ditawarkan oleh seorang juragan bakso untuk membantunya bekerja di daerah Malang. Tanpa pikir panjang tawaran tersebut pun langsung diambil oleh Tukiman. Ia ditugasi untuk memasak bakso dan mencuci peralatan saja. Kemudian ia meminta kepada bosnya untuk ikut berdagang. Setelah itu ia pun memilih untuk membuka usahanya sendiri dengan modal yang digunakan dari gajinya sebagai pelayan bakso. Usaha bakso tersebut kemudian berkembang pesat hingga banyak dikenal orang seperti sekarang. - 5. Bakso Titoti Siapa yang tak kenal dengan Bakso Titoti? Bakso khas Wonogiri tersebut sangat populer khususnya di kalangan pencinta bakso. Bakso Wonogiri merupakan usaha yang dirintis oleh seorang pria dari Wonogiri bernama Slamet Riyanto. Awalnya ia hanya berjualan bakso dengan cara dipikul, kemudian usahanya berkembang dengan menggunakan gerobak dorong. Dengan usahanya yang terus membara tanpa pantang menyerah, dagangan baksonya itu semakin berkembang pesat. Hingga akhirnya ia berhasil membuka warung makan bakso dengan nama Bakso Titoti. Berkat usahanya tersebut, kini ia memiliki kurang lebih cabang yang tersebar di Jakarta, dan dua di antaranya berada di Wonogiri. Salah satunya yang berada di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di sana tersedia berbagai varian bakso mulai dari bakso urat, telur hingga bakso polos. Uniknya, bakso Titoti diberi tambahan berupa kikil dtc/smol - aa Editor Arifin Tags Terkini

kisah jatuh bangun seorang pedagang sembako